DONGENG
Dongeng : Pengertian, Fungsi, Ciri, Unsur, Jenis
A. PENGERTIAN DONGENG
Dongeng adalah salah satu karya sastra lama yang
isinya tentang cerita luar biasa dan penuh khayalan (fiksi) yang dianggap tidak
benar-benar terjadi oleh masyarakat secara umum.
B. FUNGSI DONGENG
- Mengajarkan nilai moral yang baik.
- Menambah wawasan dan daya imajinasi anak.
- Mengembangkan kreativitas anak.
- Menghilangkan stress (Hiburan).
- Mendekatkan anak dengan orangtuanya.
C. CIRI – CIRI DONGENG
- Disampaikan secara lisan (dari mulut ke mulut) sebagai pengantar tidur, hiburan, atau sebagai sindiran secara turun temurun.
- Mengandung nilai moral dan pendidikan.
- Alur ceritanya sederhana.
- Ceritanya singkat dan bergerak cepat.
- Karakter tokoh tidak diuraikan secara rinci.
- Jika berbentuk tulisan, biasanya dongeng ditulis dengan gaya penceritaan secara lisan.
- Pendahuluan dan perkenalan cerita singkat serta langsung membahas topik atau inti cerita.
D. UNSUR DONGENG
1. Unsur Intrinsik Dongeng
a. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang mendasari
terbentuknya sebuah dongeng. Terdapat dua jenis tema yang ada dalam sebuah
cerita, yaitu :
- Tema yang tersurat, tema yang dapat ditemukan langsung dalam sebuah cerita, sifatnya jelas, mudah dikenali dan merupakan pusat dari cerita tersebut.
- Tema yang tersirat, sering juga disebut dengan tema yang tidak langsung. Untuk mendapatkan tema ini seorang pembaca biasanya harus membaca sebagian besar dari cerita sampai dengan penyelesaiannya, kemudian baru dapat menyimpulkan tema cerita tersebut
b. Latar
Latar atau setting merupakan ruang, waktu, suasana,
dan alat pada peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra.
c. Alur
Alur atau plot merupakan jalan cerita dalam sebuah
karya sastra. Alur disusun oleh rentetan peristiwa yang dialami pelaku mulai
dari perkenalan, kemudian terjadinya konflik, munculnya puncak permasalah,
hingga penyelesaian dalam sebuah cerita. Nah hubungan antara berbagai kejadian
dalam cerita inilah yang disebut dengan alur cerita. Alur berhubungan erat
dengan waktu dalam cerita tersebut. Secara umum terdapat 3 jenis alur cerita,
yaitu :
- Alur Maju, alur maju merupakan alur yang teratur dan sesuai dengan perjalanan waktu. Berawal dari masa lampau menuju masa sekarang (masa kini).
- Alur Mundur, alur mundur merupakan alur cerita yang dimulai dari masa kini, kemudian menceritakan kejadian yang telah terjadi pada masa lampau.
- Alur Campuran, merupakan alur campuran yang menggabungkan antara cerita pada masa kini dan masa lampau.
d. Tokoh
Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh
adalah pelaku yang mengalami berbagai macam peristiwa, konflik, dan menjadi
bagian utama dalam cerita. Dalam sebuah dongeng, biasanya ada satu tokoh utama
protagonis (baik), satu tokoh utama antagonis (jahat) dan beberapa tokoh
pembantu (figuran). Tokoh utama merupakan tokoh yang menjadi pusat perhatian
dalam cerita tersebut, sedangkan tokoh pembantu (figuran) adalah tokoh yang
mendampingi tokoh utama dan terlibat dalam sebagian peristiwa bersama dengan
tokoh utama.
e. Penokohan (Watak/Karakter Tokoh)
Penokohan adalah watak, sifat, sikap, kondisi fisik
dan karakter yang dimiliki oleh tokoh dalam sebuah cerita. Masing – masing
tokoh memiliki penokohan yang berbeda-beda. Biasanya tokoh utama protagonis
(baik) memiliki penokohan yang sangat berbeda dengan tokoh utama antagonis
(jahat). Karena perbedaan inilah akan muncul sebuah masalah dalam cerita.
f. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam memandang
suatu peristiwa dalam sebuah cerita. Bebrapa jenis sudut pandang antara lain
adalah :
f1. Sudut pandang orang pertama pelaku utama
(sebagai tokoh utama) :
- Tunggal (satu), biasanya menggunakan kata “aku” atau “saya”
- Jamak (banyak), biasanya menggunakan kata “kami” atau “kita”
f2. Sudut pandang pertama pelaku sampingan :
kata aku atau saya muncul bukan sebagai tokoh utama.
Tokoh aku hadir hanya sebagai pelaku sampingan.
f3. Sudut pandang orang ketiga serbatahu
Penulis menggunakan kata “dia” untuk menggambarkan
tokoh utama dan mengetahui segala hal tentang cerita tersebut dan segala hal
yang menyangkut semua tokoh.
f4. Sudut pandang orang ketiga pengamat
Penulis juga menggunakan kata “dia” untuk tokoh
tertentu. Berbeda dengan sudut pandang orang ketiga serbatahu, pengarang hanya
melukiskan apa yang dilihat, dialami, dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh
tersebut dan hanya terbatas tokoh tertentu saja.
g. Gaya Bahasa (Majas)
Gaya bahasa adalah cara penyampaian tulisan oleh
penulis yang termasuk pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam istilah,
keseluruhan ciri bahasa, dan cara khas penyampaian pikiran atau perasaannya.
Gaya bahasa akan mempengaruhi kualitas sebuah karya tulis. Biasanya setiap
penulis atau cerita memiliki gaya bahasa yang berbeda-beda serta keunikannya
tersendiri. Gaya bahasa inilah yang akan menimbulkan efek-efek tertentu yang
membuat sebuah karya sastra terasa “lebih hidup” dan menarik. Karena itu gaya
bahasa sangat penting dalam sebuah karya sastra
h. Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan seorang
penulis atau pengarang cerita kepada pembaca.
2. Unsur Ekstrinsik
a. Latar Belakang Masyarakat
Latar belakang masyarakat merupakan faktor-faktor
dalam lingkungan masyarakat penulis yang mempengaruhi penulisan dongeng oleh
penulis tersebut. Bebrapa contoh latar belakang masyarakat antara lain adalah :
- Ideologi Negara
- Kondisi Politik
- Kondisi Sosial
- Kondisi Ekonomi
- Nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut
b. Latar Belakang Pengarang
Latar belakang pengarang merupakan faktor-faktor
dalam pengarang yang mempengaruhi penulisan dongeng tersebut, beberapa faktor
dari latar belakang pengarang adalah :
- Riwayat hidup penulis
- Kondisi psikologis
- Aliran sastra penulis
E. KLASIFIKASI MACAM – MACAM JENIS DONGENG
Ada beberapa jenis dongeng yang dikenal,
masing-masing memiliki ciri khasnya tersendiri. Walaupun demikian, terkadang
sebuah dongeng bisa dimasukkan ke dalam lebih dari satu jenis tertentu. Nah
berikut adalah Macam-Macam Jenis Dongeng.
1. Mite (Mitos)
Mite (Mitos) adalah dongeng yang isi cerita atau
tokohnya berkaitan dengan makhluk halus, setan, jin, atau dewa dewi. Walaupun
terdengar sangat tidak masuk akal oleh masyarakat modern, nyatanya masih ada
beberapa kalangan yang percaya terhadap mitos tersebut. Contohnya Dongeng Mitos
Suster Ngesot.
2. Sage
Sage adalah jenis dongeng yang berhubungan dengan
sejarah dari tokoh tertentu. Isinya menceritakan tentang keberanian,
kepahlawanan, kebaikan, kesaktian atau keajaiban dari seseorang atau kaum
tertentu. Biasanya sage dipercaya dengan kuat benar terjadi oleh beberapa
kalangan atau anggota masyarakat. Dongeng Sage Sangkuriang.
3. Fabel
Fabel adalah jenis dongeng dimana binatang menjadi
tokohnya dan mereka berperilaku seperti manusia (dapat berbicara, berpikir,
memiliki perasaan, dll). Fabel sangat jauh dari kenyataan sehingga biasanya
memang dianggap tidak pernah terjadi. Contohnya Dongeng Fabel si kancil.
4. Legenda
Legenda adalah sebuah dongeng yang dikenal luas oleh
masyarakat (cerita rakyat) serta dianggap benar-benar terjadi. Biasanya
berhubungan dengan tokoh sejarah, kejadian aneh, asal mula suatu daerah, atau
hal lainnya yang sudah dibumbui dengan kejadian, kesaktian, atau keistimewaan
tokohnya. Contohnya Legenda Malin Kundang.
5. Cerita Jenaka
Cerita Jenaka adalah jenis dongeng dengan cerita yang
bersifat menghibur (memiliki unsur komedi).
6. Cerita Pelipur Lara
Cerita pelipur lara juga merupakan jenis dongeng yang
bersifat menghibur (memiliki unsur komedi). Perbedaaanya dengan cerita jenaka
adalah biasanya Cerita Pelipur Lara ini dibawan oleh dalang dengan menggunakan
media wayang. Sebagian besar cerita pelipur lara menceritakan dengan
petualangan dan perjuangan seorang tokoh yang akan berakhir bahagia.
7. Cerita Perumpamaan (Parabel)
Cerita perumpamaan atau parabel adalah dongeng yang
tujuan utamanya adalah untuk mendidik sehingga mengandung banyak nilai moral
dan pendidikan. Ciri khasnya adalah penyampaian nilai-nilai tersebut dengan
menggunakan perbandingan atau perumpamaan.
8. Dongeng Biasa
Dongeng biasa adalah dongeng yang kisahnya ditokohi
oleh manusia, isinya merupakan suka, duka dan impian seseorang. Contohnya
dongeng bawang, merah dan bawang putih.
Contoh Dongeng
Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri
dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang
putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih
hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu
hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang
putih sangat berduka demikian pula ayahnya.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.
Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.
Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.
“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.
Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.
Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.
“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.
Komentar
Posting Komentar